aku tidak bodoh
,aku hanya belum pintar
aku bukannya tidak
bisa , tapi aku belum bisa.
aku bukannya lamban
tapi aku kalah cepat.
aku tidak ingin di
sama samakan namun jangan terlalu di
beda bedakan.
Begitulah jeritan hati yang selalu terngaung menghantui ku.
Mungkin orang beranggapan aku ini berlebihan tapi ini sangat penting bagiku
karena ini mungkin bisa menjadikan ku stress berat.
Aku felisa siswa yang baru saja duduk di bangku SMA , sejak
SD dulu aku terkenal menjadi siswi yang cerdas ,aku selalu mendapat peringkat
pertama dan selama aku bersekolah di bangku SD aku hanya dua kali mendapat
peringkat kedua. Se tamat SD aku melanjutkan sekolah ke jenjang SMP ,inilah
saat yang aku tunggu tunggu mengenakan pakaian putih biru apalagi aku
bersekolah di sekolah terfavorit di kota ku ,SMP berstandar internasional , aku
diterima sekolah tersebut melalui jalur MIPA , tidak di sangka sangka
,menurutku ini adalah keburuntungan yang walaupun orang sekitarku tidak heran
mengapa aku bisa masuk di sekolah tersebut ,karena mereka menganggapku anak
PINTAR dalam pelajaran,aku tidak begitu
senang terlalu dikatakan seperti itu ,menurutku aku tidak pintar namun aku
mampu dalam pelajaran tersebut.
Selama aku bersekolah di masa putih biruku ,aku tidak begitu
menonjol dikelas ,apalagi di pelajaan IPA maupun matematika tidak sama sekali ,
jika dibandingkan saat aku SD , saat dimana aku sangat menyukai pelajaran
tersebut. Saat pembagian raport ,benar aku tidak mendapat peringkat pertama
,jangankan pertama untuk masuk 10 besarpun tidak. Bukan main persaingan
disekolah ku sangat ketat. Banyak siswa yang jauh sangat jauh lebih pintar
dariku , yang bisa dikatakan mempunyai otak master. Mengetahui hal tersebut orangtua
ku kecewa dengan nilai nilaiku ,ini sangat susah ,mendapatkan posisi 10 terbaik
dikelas tersebut ,kemampuan ku hanya sebatas rata rata. Sama sekali tidak
menonjol sedikitpun
Hingga berakhirnya masa putih biru ,aku tidak pernah bisa
bersaing melawan otak otak cerdas mereka ,bahkan peringkat paling tinggiku
hanya peringkat 16 .mengecewakan. sekarang saatnya aku akan melanjutkan sekolah
ku menuju masa putih abu abu ,dimana mungkin akan lebih berat lagi.
Kini aku bersekolah di sekolah yang mungkin tidak favorit di
kalangan masyarakat , dan teman teman SMPku yang lainnya kini telah bersekolah
di sekolah favorit , bahkan yang kemampuannya dibawahku pun dapat bersekolah
disana , apakah ada factor lainnya ?
Lupakan tentang sekolah favorit tersebut , kini aku menjalani
hari hari ku bersekolah di sekolah yang aku banggakan ini ,bagaimana tidak
disini aku mulai menemukan kembali “cahaya” itu . sejak awal perkenalan
beberapa guru sudah memberikan kesan baik kepadaku, “ini jauh lebih baik”gumamku
dalam hati.
Semenjak duduk dibangku SMA ini , aku mulai menemukan siapa
aku yang sebenarnya dan apa yang aku suka dan tidak suka. Saat ini aku sangat
mencintai sastra ,baik sastra Indonesia ,jepang maupun inggris. Namun yang
paling menonjol adalah sastra BAHASA INDONESIA ,walaupun tidak semua materi bahasa
Indonesia aku sukai tapi aku sangat senang menulis ,baik cerpen ,puisi ,bahkan
novel. Aku sangat bersemangat jika
menerima tugas tersebut ,memang bahasa dalam cerpen ku maupun puisiku masih
amatiran tetapi aku sangat suka menulis ,mengexplore fantasy fantasy ku
menjadikannya sebuah karya. ditambah guru bahasa indonesiaku yang sabar
,bijaksana ,dan humoris .tidak lupa juga guru tersbut tetap memberikan semangat,motivasi
,apalagi saat itu aku dan teman temanku
berniat ingin menerbitkan kumpulan cerpen cerpen kami ,dan jika berhasil yang
harus pertama membacanya adalah guru kebanggaan
ku tersebut. Itulah kecintaan ku terhadap sastra. aku berniat jika tamat SMA nanti aku ingin
melanjutkan kuliah dibidang sastra. Meski orang orang mengatakan ,mau jadi apa
kamu mengambil jurusan itu ?seperti sedikit menyepelehkan.
Nah disamping itu Mungkin
pengalaman SMP ku yang tidak lain nilai nilai ku anjlok dibidang EKSAK masih
melekat di dirku , susah untuk bangkit atau mungkin, memang karena aku tidak
mencintai pelajaran pelajaran tersebut ? menurutku didalam pelajaran itu
tergantung bagimana guru yang mengajar. Apakah dia sabar , baik atau membeda
bedakan murid unggulan dengan murid yang kurang unggul.
Aku sempat berfikir , mengapa jarang sekali menemukan guru
yang bisa memegang kunci ? bukan kunci rumah atau pun kunci mobil .seperti
katakata di sebuah film yang pernah ku tonton, kunci guru ialah berusaha focus pada bakat kami ,muridnya . dan bukan
pada kekurangan kami , mungkin dengan cara itu guru dan murid bisa
berkomunikasi dengan baik.
senakal nakalnya seorang siswa dimata guru, pasti mereka mempunya bakat
tersendiri. Bukannya guru malah memaksakan mereka dan hanya mengunggulkan siswa
yang pintar saja.
Tidak sadarkah guru membuat siswa yang kurang pintar menjadi
down ? mungkin sebagian murid menjadikan nya patokan agar mereka bisa
mengalahkan siswa pintar tersebut tapi cara tanggap siswa berbeda beda, dan KEBANYAKAN
siswa berfikir mengapa “musti kita ? jika hanya dia yang selalu di unggulkan?”
Perlakuan guru yang seperti itu perlahan dapat membunuh murid secara perlahan
,membuat muridnya menjadi jenuh.
1 semester telah terlewat di bangku putih abu abu , dan saat
pembagian raport kemarin ,aku mendapat peringkat ke 7.aku tetap bersyukur karena
aku berfikir ini lah awalan untuk kembali meraih “cahaya” itu lagi’ .Kegagalanku
menjadi pintar dalam bidang eksak tidak membuat semangatku menyerah untuk
mengetahui pelajaran tersebut. Mungkin cara terakhir yang ku gunakan adalah belajar
dengan sahabat sendiri, yang terbilang mampu di bidang eksak. Karena aku rasa jika
bersama gurunya mungkin akan tetap tegang, dan jika bersama sahabat akan lebih
santai.
Aku sebangku dengannya, aku akui dia memang sangat pintar
tidak heran menjadi juara kelas, aku mulai banyak di ajar cara cara ,maupun
rumus rumus aneh tersebut. Dan memang terbukti aku lebih sedikit mengerti akan
tetapi ini tidak berjalan lama.
Tau mengapa ? aku mengira aku duduk bersama sahabatku yang
pintar ,dapat mengajarkan ku banyak dalam
bidang tersebut,namun yang aku dapat hanyalah pencurigaan dari salah
satu guru EKSAK tersebut. Pencurigaan mungkin bahasa nya sedikit aneh ,seolah
aku seorang pencuri .iya memang mungkin guru “itu” mengira aku pencuri yang
mencuri jawaban dari sahabatku yang pintar tersebut, lebih tepatnya menyontek!
Aku sangat merasa tersinggung ,aku rasa guru tersebut selama
ini tidak pernah menghargai hasil hasil kerjaku ,yang walaupun aku kurang cepat
dalam menjawab soal darinya. Aku tidak suka di sama samakan dengannya ,mengapa
? ia terlalu pintar untukku ,disisi lain aku juga tak ingin di beda bedakan
bukan hanya aku ,namun murid lain juga mungkin merasa begitu ,karena kami
memiliki kemampuan masing masing yang belum tentu ia bisa. Aku merasa terhina
,kata kataku mungkin berlebihan tapi taukah ,aku sakit hati saat itu ,rasanya
aku ingin menangis. Saat Dimana guru tersebut memberikan soal untuk kami
,kemudian sahabatku telah menyelesaikannya dan guru tersebut terus mengawasiku,
bagaiamana aku bisa berfikir jernih jika guru tersebut seperti itu dengan
tatapan seolah ingin membunuhku dan juga tatapan tatapan temanku yg lainnya
yang cukup pintar di bidang eksak ,guru tersebut terus menatapku lekat hingga
untuk mengangkat wajahpun aku tak berani bukan hanya tak berani mengangkat wajah lebih tepatnya aku
sangat takut untuk bernafas saat itu ,sekujur tubuhku bergetar ,keringat
dinginku mulai mengucur di keningku. Aku tidak bisa diperlakukan seperti itu
,aku adalah tipe orang yang bisa focus tanpa ada gangguan orang lain yah lebih
tepatnya menyendiri. Guru tersebut benar benar menyepelehkan kemampuanku dan
sama sekali tak menghargai hasil kerjaku.
Tidak semua apa yang kita harapkan mejadi yg kita harapkan.
Begitu dengan murid, mungkin mereka tidak dapat menangkap
dengan baik semua pelajaran yang di muat. Bahkan murid pintar sekalipun pasti
memiliki ketidak mampuan, ingat manusia pasti memiliki kekurangan.
Jadi hargailah sebagaimanapun kemampuan murid , entah itu
pada bakat mereka , sebab mungkin bakat tersebut yang menjadikan mereka sukses.
STOP DISKRIMINASI ANTARA SISWA UNGGUL
DAN YANG KURANG UNGGUL !!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar