Selasa, 01 Juli 2014

WHO CARES?

Ibu ku pernah bilang : “kamu tidk boleh beranggapan bahwa ibu pilih kasih antara kamu dan kakakmu ,itu sama saja berdosa. Kalian ibu perlakukan adil dan sama rata”
Ya begitulah selalu ,namun apa yang ibu katakan tidak sesuai dengan apa yang aku rasakan.
Aku memiliki seorang kakak laki laki .jarak umurku dan dia berbeda 5tahun , dari dulu aku dan dia sangat jarang akrab layaknya kucing dan tikus ,begitu kata orang orang mengibaratkan kita ketika mereka melihat aku dan kakak ku bertengkar. Dan Bahkan hingga sekarang , ketika dia sudah menjadi seorang mahasiswa bisa di bilang sudah berfikiran dewasa ,dan dia juga  sering membanggakan dirinya bahwa ia seorang mahasiswa yang dewasa. namun nihil percuma saja status mahasiswa tapi dia masih saja berkelakuan layaknya anak SD .menjengkelkan dan selalu membuat ku naik darah.
Tidak heran dia begitu , aku rasa dia begitu dimanjakan oleh ibu, mungkin jika ibuku tau aku beranggapan begini pasti ibu akan menceramahi ku lagi. Ibu tak pernah tau bahwa aku berbicara fakta ,tentang sifat kakak yang begitu ke kanak kanakan.
Teringat saat aku masih TK dan kakak duduk dibangku SD kelas 5 ,sore itu ayah baru pulang dari kantor dan membawa sebuah kalender baru, ayah memperlihatkan kalender itu kepadaku. lalu kakak datang dan merebut kalender berwarna kuning tersebut “aku belum selesai melihatnya” rengekku “aku ingin lihat juga” paksa kakak sambil menarik kalender nya. Terjadilah saling tarik menarik kalender antara aku dan kakak ku . beberapa menit kemudian “aaaa”teriaknya . ternyata tangannya luka dan berdarah karena besi yg ada di ujung kalender itu. Ia langsung menangis dan melapor kepada ibu.
Ibu mengomeli ku , aku barutau bahwa ia saat itu tidak berani dengan darah dan luka .”manja sekali”gerutuku dalam hati. Ibu segera memberikan plaster luka di tangan luka nya. Dan aku mulai bersalah saat itu sebab ,ibu mendiami ku gara gara hal tersebut, bahkan aku mencoba melukai tangan ku sendiri agar imbas.
Dan itu yang membuat aku sangat iri dengan kakak. Ia begitu di istimewakan oleh ibu, memang ayah ku lah yg memanjakan ku tapi jika ayah telah pergi ke kantor ,kakak bisa merajalela dan selalu usil terhadapku.
Inilah yang membuat aku tidak terlalu akrab dengan orang rumahku bahkan keluarga lainnya.mungkin mereka beranggapan aku sombong,arogan,atau hanya menganggapku sebagai keluarga gelap mereka.
Karena aku selalu berfikir masih ada kakak kenapa harus aku ? bukan kah harapan orangtua ku terhadap kakak begitu besar? Kehadiran kakak pasti sangat dinanti nantikan. Dan sekarang aku tidak heran mengapa ibu sangat mencurahkan perhatian dan kasih sayangnya lebih terhadap kakak.
Ibu juga selalu menyempatkan diri lebih senang mengahabiskan waktu bersama kakak daripada bersamaku. Ibarat kakak ku adalah barang antic ,begitulah ibu memperlakukannya. Sekalipun ia telah kuliah di luar kota,ketika libur sedikit ia selalu saja ingin pulang, bahkan jika tidak,ibulah yang pergi ketempatnya. ibu bahkan lebih senang berlama disana. Bukan nya aku iri, tapi tidak kah ibu sadar bahwa memperlakukan kakak sepeti itu ,sama saja tidak memberikan kesempatan kakak untuk lebih mandiri.
Aku hanya lelah, aku rasanya tak punya waktu untuk bersama ibu. Handphone ,laptop mungkin itulah teman sejati ku tempat aku brcerita.
Kadang aku kesal ,kakak selalu  merasa jagoan,merasa aku tak bisa melalukan apapun. Apakah ia tak bosan terus membuat emosi ku memuncak setelah ia berhasil merebut perhatian ibu lebih?
Jika aku salah sedikit ,ia memarahiku dan jika aku hendak melakukan sesuatu yang mungkin ia beranggapan bahwa ia ahli di bidang itu , pasti ia mengambil alih dan berkata “sini aku aja, anak kecil tau apa?” ah aku bosan di remehkan seperti itu ,ia juga tak pernah memanggilku dengan namaku sendiri. Ia selalu saja memakai nama lain untuk mengolokku. Keluarga keluarga ku yang lainnya bukan nya melarang ,namun mereka turut menertawakan ku. Membosankan.
Lama kelamaan aku merasa terasingkan, pernah saat itu ,kondisi badanku sedang tidak sehat, dan aku sangat kecewa ketika ibu lebih memilih untuk mendengar curhatan kakak ku. Terbesit kata dalam hatiku “dia kan laki laki, jika ia dewasa ,tentu ia bisa menyelesaikan masalahnya sendiri.tanpa bantuan dari ibu dulu” sementara di dalam kondisi ku yang lemah saat itu ,Ibu hanya menyalahkan ku karena tidak makan dan hanya menyuruhku pergi ke rumah tante untuk meminta obat. Disitu lah puncak amarah ku meningkat .namun aku hanya memendam di hati. Dengan ribuan pertanyaan. Bagaimana jika aku yg berada di posisi kakak? Akan kah ibu melakukan hal yang sama walau sekecil apapun itu? Kapan aku seperti kakak? Aku tau ibu menyayangi kita berdua tapi selebihnya ke kakak. Bagaimana pun pendapat ibu tentang hal ini, yang jelas aku lah yang merasakan perbedaan yang sangat jelas ini bukan ibu ataupun kakak bahkan ayah. No one who cares about me.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar